Setiap pasangan pasti mendambakan untuk menjadi pasangan bahagia. Pasangan yang dimaksud adalah pasangan suami istri. Tentunya, setiap pasangan menginginkan hubungannya langgeng hingga akhir hayat. Namun, tidak jarang impian tersebut tinggalah impian.
Banyak pasangan yang awalnya saling mencinta pada akhirnya memilih untuk berpisah. Masalah ketidakcocokan serta perselingkuhan sering menjadi kambing hitam atas kandasnya hubungan dua anak manusia yang awalnya saling mencinta ini. Siapa yang salah bila sudah seperti ini?
Untuk menjadi pasangan bahagia, sebenarnya, tidaklah sulit meskipun tidak mudah juga. Bagaimanapun, yang kita hadapi adalah manusia. Bukan mesin atau robot yang bila tidak cocok bisa kita ganti semau kita. Manusia terdiri atas kulit dan daging.
Perasaan mereka halus dan sensitif. Bila kita bisa memperlakukan seenak sendiri kepada komputer kesayangan kita di kala sedang suntuk, tidak begitu dengan pasangan kita. Pasangan adalah amanah yang harus kita jaga.
Bagaimana Menjadi Pasangan Bahagia?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, kita harus paham dan mengerti definisi bahagia. Apakah pasangan bahagia itu berarti pasangan yang memiliki kesamaan dalam hal kekayaan? Intelektual atau suku?
Tentu tidak. Kenyataannya, banyak pasangan yang bermasalah. Padahal, dari segi intelektual dan kekayaan sudah seimbang. Itu artinya tolak ukur pasangan bahagia bukanlah karena kesamaan intelektual dan kekayaan.
Menerima Apa Adanya
Kapan kita merasa bahagia dengan pasangan kita? Tentunya, setiap orang memiliki jawaban berbeda. Namun, bila ditarik simpulan secara umum, akan didapat kesamaan jawaban. Yakni, kita akan merasa bahagia dengan pasangan ketika pasangan mau menerima kita apa adanya. Sungguh, itu saja. Tampaknya, mungkin sangat sederhana. Padahal, bila dijalani, terasa susah juga.
Untuk menerima orang lain dengan apa adanya, baik kekurangan maupun kelebihan, tidaklah mudah. Sehari dua hari, mungkin kita bisa bertahan. Namun, bagaimana bila berhari-hari, berbulan-bulan, dan bertahun-tahun?Mampukan kita hidup dalam kepura-puraan? Tentu tidak.
Kurangi Ego
Setiap manusia memiliki ego masing-masing. Setiap manusia menginginkan agar dirinya dimengerti. Padahal, dia sendiri jarang, bahkan, tidak mau mengerti. Saat ego itu muncul, saat itulah masalah atau konflik timbul. Bila dalam diri kita sudah ada ego yang sangat kuat, akan sulit bagi kita untuk menerima pasangan kita apa adanya, sekalipun kita sangat mencintainya.
Ego membuat kita merasa menjadi manusia paling benar dan sulit menerima kekurangan orang lain. Ego jugalah yang membuat kita terlibat konflik dengan pasangan. Bahkan, karena egolah dua orang yang saling mencinta bisa bercerai.
Untuk menjadi pasangan bahagia, yang harus kita lakukan sangat sederhana. Yaitu, mengurangi ego, menerima pasangan kita apa adanya, dan selalu sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Boleh jadi, kita tidak menyukai sifat pasangan. Padahal, hal itu baik untuk kita, begitupun sebaliknya. Bisa juga kekurangan yang dimiliki pasangan kita adalah ladang amal bila kita mau menyadarinya.