Wanita memang menggoda, meski dilihat dari segi kata saja. Apalagi jika bentuk fisiknya hadir, ia menjadi lebih tak tertahankan untuk digoda atau bahkan menggoda sekalipun. Menggoda, merayu, atau sekedar menguji ketahanan lelaki terhadap daya magnetnya menjadi 'kenyamanan' tersendiri bagi beberapa wanita. Banyak laki-laki yang terlena bahkan terpedaya oleh rayuan wanita. Banyak pula yang berseloroh: “Dirayu wanita? Mau dong...” Atau “Dirayu wanita? Mana tahan….”
Selorohan-selorohan seperti itu jangan ditafsirkan negatif. Penafsiran sebebas-bebasnya pastilah menimbulkan kesan negatif, bahkan terhadap wanita itu sendiri. Rayuan wanita memang membuat lelaki tidak tahan. Tidak tahan untuk segera melakukan apa yang diminta oleh wanita. Lelaki memang mau dirayu wanita, sebab dengan begitu kaum lelaki bisa menunjukkan sisi kelelakiannya. Terlihat jantan dan pemberani. Itu penting di hadapan wanita sebab nantinya laki-laki berharap wanita akan jatuh ke pelukannya.
Laki-laki yang terkena rayuan wanita biasanya tak bisa menolak untuk melakukan apapun yang diminta wanita. Ia tiba-tiba menjadi seseorang yang rela berkorban. Tentu saja wanita yang dimaksud di sini bukanlah ibunya, melainkan wanita yang menjadi teman, rekan kerja, atau terlebih wanita yang menjadi pujaannya.
Wanita punya cara yang tak wajar dilakukan lelaki. Manja. Kata itu agak terdengar janggal jika disandingkan dengan lelaki. Namun jika kata manja disandingkan dengan wanita, akan terasa sah-sah saja dan sangat pantas. Dalam melakukan aksi rayuannya, biasanya wanita akan bermanja-manja kepada lelaki. Hal tersebut dilakukan agar lelaki terayu dan akhirnya mau melakukan keinginan wanita itu. Biasanya disertai juga dengan sedikit rengekan yang membuat lelaki tidak tega mendengarnya apalagi membiarkannya.
Terkadang, wanita merayu dengan cara mengiming-imingi sesuatu terhadap lelaki. Terlebih jika ia mengetahui bahwa lelaki tersebut menyukainya. Makan siang atau makan malam bersama, menonton film di bioskop, atau bertamasya menjadi balasan yang setimpal bagi lelaki. Wanita memang punya seribu cara untuk merayu. Rayuan wanita selalu membuahkan hasil. Keinginannya kerap terlaksana dengan rayuannya itu.
Rayuan wanita biasanya dilancarkan saat ia membutuhkan bantuan lelaki. Misalnya untuk menyelesaikan pekerjaannya, membelikan sesuatu untuk kebutuhannya, mengantarnya ke suatu tempat, menemaninya berbelanja, menemaninya ke sebuah pesta pernikahan teman. Tidak jarang bahkan menjadi penyerta jika ia hendak menyelesaikan masalah dengan seseorang yang disebabkan kesalahpahaman, atau berpura-pura menjadi pacarnya untuk memanas-manasi seseorang.
Lelaki biasanya kesulitan menolak sebab lelaki ingin tampak sebagai pribadi yang begitu melindungi dan memperlakukan wanita dengan istimewa. Apalagi jika wanita itu adalah wanita yang incarnya, pastilah lelaki tersebut tidak akan menolak. Bahkan dengan sukarela menawarkan diri. Sebaliknya, wanita melakukan rayuan bukan karena ia benar-benar tidak bisa melakukannya sendiri, melainkan ia sedang berada pada kondisi ingin dimanjakan, ingin dibantu, dan merasa lelakilah yang bisa membuatnya merasa aman.
Rayuan wanita membuat lelaki tak kuasa menolak. Lelaki selalu patuh agar sang wanita jatuh ke dalam pelukannya. Sayangnya hal itu justru menjadi bumerang. Malah lelakilah yang bertekuk lutut, karena rayuan wanita adalah rayuan maut. Tak bisa dielak, tak bisa dihindari, dan membuat lelaki berada pada sebuah sensasi yang tak dapat terkatakan secara verbal. Begitu hebat dan menghenyakkan.
Lelaki yang berhasil masuk dalam 'perangkap' rayuan wanita biasanya tidak merasa bahwa ia sedang diberdayakan. Ia merasa bangga bisa membantu wanita, bahkan merasa sangat gagah dan berguna bagi wanita. Rayuan wanita bagai jeratan yang kuat. Dijerat rayuan wanita siapapun sulit mengelaknya, sebab bagi wanita merayu atau dirayu menjadi sah-sah saja.