Saat memulai hubungan dengan seseorang, jika niat kita benar-benar baik, kita pasti serius dan berpikir tentang pernikahan. Kalau pacaran hanya untuk main-main, mungkin kita layak berpikir bahwa orang yang bermain-main dengan perasaan orang lain, kelak akan dipermainkan juga. Entah oleh siapa.
Nah, kalau kita sudah pacaran dengan serius, bagaimana caranya menciptakan keadaan sebagai pasangan atau pacar dunia akhirat? Maunya, setelah menikah, suami atau istri kita tidak hanya membahagiakan kita, tapi mampu menjadi membimbing dan mengarahkan ketika kita salah atau berbuat yang melanggar perintah Allah.
Apa saja kriteria pacar atau pasangan dunia akhirat?
“Awet Muda”
Awet muda di sini tidak diartikan sebagai awet muda yang sesungguhnya, tetapi “kecantikan atau ketampanan" hati yang membuat kita tak berhenti puas memandangnya seperti saat pertama kali bertemu. Kecantikan dan ketampanan pasti menyusut seiring dengan waktu.
Mungkin pacar atau suami/istri kita tidak sempurna, tapi kebaikan hatinya, ketulusannya dalam mengorbankan diri untuk kita atau keluarga, kerelaannya mengalah, membuat kita tidak berhenti takjub.
Akan tetapi, hal ini juga berlaku untuk kita juga. Jangan sampai kita memaksa suami/istri untuk terus berkorban, sedangkan kita sendiri tidak. Tipsnya pun sangat sepele: bersikaplah sebagai pahlawan keluarga, tanpa perlu merasa layak menjadi pahlawan. Dijamin, suami/istri Anda akan betah berlama-lama di depan Anda.
Memberi Contoh, Bukan Memberi Perintah
Kadang, kita sering dongkol kalau suami/istri atau pacar kita bisanya cuma menyuruh kita begini dan begitu, sedangkan dia diam saja ketika melakukan hal yang dilarangnya untuk kita. Rasanya tidak menyenangkan, bukan?
Berkacalah, jangan-jangan kita juga demikian. Jika ingin melihat suami/istri kita sebagai pasangan dunia akhirat, bukankah lebih baik memberi contoh dalam perilaku daripada perintah?
Meskipun hasilnya tidak langsung dirasakan karena butuh waktu bagi suami/istri untuk menyerap maksud dari contoh kita, yang penting hasilnya lebih efektif daripada jika kita memberi perintah. Mungkin saja saat kita memberi perintah, suami/istri langsung mengerjakan, tapi mereka melakukannya karena perintah kita, bukan karena esensi bahwa dalam berumah tangga adalah saling berkorban.
Tidak Malu Mengakui Kesalahan
Setiap manusia pasti berbuat salah. Akan tetapi, berapa banyak yang mau mengakui kesalahannya, apalagi di depan pasangan sendiri? Bersikap ksatria, baik bagi seorang lelaki maupun bagi perempuan, pasti akan membuat pasangan kita jatuh hati.
Bukan karena kita yang salah atau kita bisa dimanfaatkan, tetapi karena pasangan kita akan yakin bahwa pribadi yang mau menerima kritik dan yang mau mengakui kesalahan, akan berkembang dari kesalahannya. Adapun mereka yang marah setiap dikritik, suatu saat ketika dikritik habis-habisan, akan hancur dan berbalik menyalahkan orang lain yang tidak salah.