Berhubung jabatannya sekarang sudah bergengsi, Yanto merasa bahwa dirinya layak menikmati gaya hidup yang lebih mewah. Sepeda motor yang biasa dikendarainya untuk ke kantor mulai dijual, digantikan dengan mobil Kijang baru yang dibeli secara kredit.
Selain itu, Yanto juga sering lunch bareng dengan manajer-manajer lainnya di cafe ataupun restoran. Sudah bukan di kantin karyawan biasa.
Untuk pakaian, Yanto juga mulai memilih merk-merk yang mahal. Malu donk, masa manager gak pake kemeja bermerk.
Begitulah perubahan gaya hidup yang drastis yang disebabkan oleh kenaikan jabatan. Tanpa sadar, pengeluaran Yanto turut membesar.
Bahkan melebihi kenaikan gajinya. Dulunya Yanto dapat hidup pas-pasan dengan gajinya yang 4 juta, sekarang dengan gaji 10 juta pengeluaran Yanto malah 12 juta. Setiap bulan tekor 2 juta.
Namun Yanto tidak khawatir. Dengan pangkatnya yang sekarang, banyak kok bank yang bersedia menawarkan kartu kredit. Dalam waktu singkat Yanto bisa memiliki 5 kartu kredit yang dapat digunakan untuk berbelanja.
Begitulah caranya Yanto membiayai pengeluaran bulanannya yang melebihi gajinya. Tanpa terasa hutangnya terus membengkak.
Hingga akhirnya debt collector mulai mengejar-ngejar Yanto. Tidak sanggup membayar cicilan kartu kredit, kata-kata kasar mulai dilontarkan oleh debt collector. Ancaman menyita harga mulai bermunculan.
Akhirnya Yanto mulai menyesal. Mengapa dia harus mengikuti gaya hidup seperti ini? Gaya hidup yang tidak sangup dibayar dengan tingkat pendapatan yang sekarang. Namun menyesal saja sudah tidak cukup, Yanto sudah terpuruk secara finansial.